--> Hell Yeah Pointer 5

Pemegang Peran Penting Dalam Penyebaran Agama Islam Di Indonesia

Hallo teman-teman semua...
Ada yang masih ingat ngak siapa saja yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia! Kalau teman-teman semua sudah lupa, teman-teman sudah tepat untuk mampir di blog saya ini. Karna pada kesempatan kali ini belajaritutidaksusah akan membahas siapa saja yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Silahkan simak ulasannya berikut ini.

Golongan yang berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia yaitu, antara lain:

1. Para Ulama
Agama Islam pada awalnya dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan India, kemudian disebarkan dan dikembangkan oleh para ulama dan mubalig Indonesia seperti:

a. Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman yang menyebarkan agama Islam di Gowa dan Tallo.
b. Dato'ri Bandang bersama Tuan Tunggang'ri Parangan yang melanjutkan penyebaran agama Islam sampai ke Kutai (Kalimantan Timur).
c. Para Wali dengan sebutan Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Sebenarnya nama Wali Songo adalah nama suatu dewan mubalig di Jawa. Apabila salah satu anggota dewan wafat, ia digantikan oleh wali yang lain berdasarkan musayawarah. Setiap wali mempunyai tugas melanjutkan penyiaran agama Islam di Pulau Jawa.

Ada yang tau siapa saja nama para Wali Songo tersebut?
Berikut ini adalah nama-nama Wali Songo tersebut.



Sunan Gresik
1) Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Persia dan kemudian menetap di Gresik. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik.
Sunan Ampel
2) Suan Ampel, nama semula Sunan Ampel yaitu Raden Rahmat dan beliau berkedudukan di Ampel, dekat Surabaya.
Sunan Bonang
3) Sunan Bonang, nama semula Sunan Bonang yaitu Mahdum Ibrahim. Beliau adalah putra dai Sunan Ampel dan beliau berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
Sunan Drajat
4) Sunan Drajat, nama semula Sunan Drajat yaitu Syarifudin. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel dan beliau berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu.
Sunan Giri
5) Sunan Giri, nama semula Sunan Giri yaitu Raden Paku. Beliau adalah murid dari Sunan Ampel dan beliau berkedudukan di Giri, dekat Gresik.
Sunan Muria
6) Sunan Muria, nama semula Sunan Muria yaitu Raden Umar Said dan beliau berkedudukan di gunung Muria, di daerah Kudus.
Sunan Kudus
7) Sunan Kudus, nama semula Sunan Kudus Yaitu Jafar Sidiq dan beliau berkedudukan di Kudus.
Sunan Gunung Jati
8) Sunan Gunung Jati, nama semula dari Sunan Gunung Jati yaitu Syarif Hidayatullah dan beliau berkedudukan di Gunung Jati, di daerah Cirebon.
Sunan Kalijaga
9) Sunan Kalijaga, nama semula dari Sunan Kalijaga yaitu Joko Said dan beliau berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak.

Dalam penyebaran Islam di tanah Jawa, peran Wali Songo ini sangat besar. Dengan penuh kesadaran dan kearifan, agama Islam disampaikan kepada masyarakat. Dakwah Islam disampaikan dengan penuh kebijaksanaan. Oleh karena itu, agama Islam diterima dan cepat berkembang di Pulau Jawa.

Selain Wali Songo yang disebutkan diatas, masih banyak wali lain yang memiliki andil besar dalam pengembangan ajaran Islam di Pulau Jawa. Beberapa wali yang dimaksut adalah Syekh Subakir, Sunan Geseng, Syekh Mojo Agung, dan Syekh Siti Jenar. Pada mulanya, Syekh Siti Jenar termasuk anggota Wali Songo, tetapi karena ajarannya membahayakan, maka Syekh Siti Jenar dicoret dari Wali Songo dan digantikan oleh Sunan Bayat.

Setelah memiliki pengaruh kuat di Jawa, agama Islam berkembang ke wilayah Nusantara yang lain, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Penyiaran agama Islam di Kalimantan dilakukan oleh Kerajaan Demak. Agama Islam tersebar di Maluku, Ternate dan Tidore setelah Sultan Ternate Zainal Abidin belajar agama Islam ke Giri, Jawa Timur. Sepulangnya dari belajar agama, beliau menyampaikan ajaran agama Islam kepada rakyatnya.

2. Para Pedagang
Sejak abad ke-7, pedagang muslim dari Arab, Persia dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat menyampaikan dan menyebarkan agama Islam. Saluran islamisasi melalui perdagangan terjadi sangat intensif dan dinamis. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

1) Dalam agama Islam tidak ada pemisah antara manusia sebagai pedagang dan kewajiban sebagai muslim untuk menyampaikan ajaran kepercayaannya kepada pihak lain.
2) Perdagangan pada masa Islam di Indonesia sangat menguntungkan karena banyak golongan bangsawan dan raja yang ikut dalam perdagangan, bahkan mereka pemilik kapal dan saham.

Kehadiran para pedagang muslim itu diterima dengan sikap terbuka oleh penguasa setempat. Sikap bersahabat yang ditampilkan oleh para pedagang itu membuat mereka tidak mengalami kesulitan saat mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Bahkan, penguasa setempat memperkenankan rakyatnya menjadi mulim. Misalnya, pada abad ke-14, penguasa Ternate yang bukan muslim, tidak keberatan ketika sejumlah rakyatnya masuk Islam. Keterbukaan yang sama muncul juga di Kerajaan Majapakit yang beragama Hindu.

3. Para Muslim Cina
Peran etnis Cina dalam percaturan sejarah nasional memilki keuniakan tersendiri jika di bandingkan dengan etnis minoritas yang lain, seperti Arab dan India. Etnis Cina banyak mewarnai kehidupan sosial politik di masa lalu, termasuk sumbangsih mereka dalam upaya penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa.

Komunitas Cina yang tinggal di tanah Jawa pada umumnya berasal dari wilayah Kanton (Guangzhou), Chuang-Chou, Yunan, Swatow dan beberapa kawaan di Cina Selatan yang menjadi basis agama Islam. Karena mereka menguasai ilmu pelayaran dan navigasi, banyak di antara mereka yang berlayar ke kawasan Asia Tenggara, termasuk ke Pulau Jawa di Indonesia. Mereka merantau sebagai pedagang atau pelarian politik. Setibanya di utara Pulau Jawa, orang muslim Cina kemudian berbaur dengan penduduk setempat. Kendati mereka tidak mempunyai tujuan khusus berdakwah, dengan proses asimilasi itu secara tidak langsung mereka memperkenalkan agama Islam yang dianutnya kepada penduduk pribumi. Pada awalnya mereka mendiami kawasan pesisir utara dan kota pelabuhan di Jawa. Dari kota pelabuhan itu, Islam terus menambah ke berbagai wilayah pedalaman di Pulau Jawa. Ajaran Islam yang egaliter dan tidak mengenal sistem kasta sanggup mengambil hati penduduk Jawa sehingga mampu berkembang dengan pesat.

Ada yang tau tak para ulama selain yang disebutkan di awal tadi?
Berikut ini adalah para ulama lain selain para ulama yang sudah disebutkan di awal tadi.

a. Para Ulama di Pulau Jawa
1) Syekh Bentong, daerah penyebarannya di Gunung Lawu.
2) Sunan Bayat, daerah Klaten dan sekitarnya.
3) Syekh Majagung, Sunan Sendang, dan Sunan Prapetan adalah ulama pemilik dan pemimpin pondok pesantren yang banyak peranannya dalam pendidikan agama Islam di Pulau Jawa.

b. Para Ulama dari Luar Jawa
1) Datuk Bandang, menyebarkan agama Islam di Makasar. Beliau belajar agama Islam di Demak.
2) Datuk Sulaiman, menyebarkan agama Islam di Sulawesi Tengah dan Utara. Beliau belajar agama Islam dari Sunan Giri.
3) Tuan Tunggang Parang, menyebarkan agama Islam di Kalimantan Timur.
4) Penghulu Demak adalah ulama-ulam dari Bnjarmasin yang belajar agama Islam di Demak, kemudian menyebarkannya di Banjarmasin.

c. Para Ulama Pemikir Indonesia
1) Nurudun Ar-Raniri
Nama lengkapnya yaiu Nurudin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Humaid Ar-Raniri. Beliau berasal dari daerah Rani, Gujarat. Beliau datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Beliau banyak mengajarkan pelajaran Taswuf di sana. Beliau juga menulis sebuah kitab yang berjudul Sirat Al Mustakim.
2) Syekh Abdurrauf
Beliau terkenal dengan sebutan Syekh Kuala atau Tengku Kuala. Beliau di lahirkan di Sengkel tahun 1620 M. Pada tahun 1642 beliau pergi ke Arab untuk belajar agama Islam, dan kembali ke Aceh tahun 1661. Dan beliau mendirikan pondok pesantren di muara sungai Aceh.
Ajarannya di pusatkan pada ilmu Tasawuf Tarikat Syatariah. Ajaran yang beliau samapikan tersebar hingga ke Semenanjung Malaya (Malaysia). Dan beliau memilik seorang murit yang terkenal yang bernama Syekh Burhannudin dari Minangkabau.
3) Hamzah Fansuri
Beliau asli dari Aceh. Beliau juga seorang ulama Tasawuf. Ilmu Tasawuf yang di ajarkannya disebut ilmu As-Suluk. Beliau menganut aliran Tasawuf Heterodok yang amat di tentang oleh Nurudin Ar-Raniri. Di Jawa ajaran beliau juga ditentang oleh Sunan Bonang karena dianggap sesat. Sampai Sunan Bonag menulis Kitab Bonag untuk menentang aliran Tasawuf Heterodok yang di ajarkan oleh Hamzah Fansuri.

Bagaimana? Apakah teman-teman sudah tau siapa yang memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia?Maaf ya kalau penjelasannya kurang dimengerti. Jika masih belum mengerti silahkan tanyakan dikolom komentar, mari kita bahas bersama-sama. Dan tolong anda budidayakan jangan anda copy-paste untuk anda upload kembali. Tapi jika anda gunakan sebagai makalah media pembelajaran silahkan anda copy-paste. Semoga ilmu yang sedikit dari belajaritutidaksusah dapat bermanfaat ya.

2 Responses to "Pemegang Peran Penting Dalam Penyebaran Agama Islam Di Indonesia"

  1. Makasih Gan. Artikelnya sangat bermanfaat bagi kita.

    THAHARAH KORUPSI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah gan,semoga dengan artikel ini dapat bermanfaat untuk kita semua

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel